Friday, September 7, 2012
Manusia Yang Dapat Berbicara Saat Bayi
Imam Bukhari meriwayatkan, dari
Muslim Ibn Ibrahim, dari Jarir Ibn Hazim, dari Muhammad Ibn Sirin, dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw, Beliau bersabda, “Mereka yang pernah berbicara dalam
buaian ada tiga orang, (yang pertama) Isa Ibn Maryam.
(yang kedua) Dahulu ada seorang
pria dari bani Israil yang bernama Juraij. Ketika pada suatu hari ia sedang
melaksanakan shalat, tiba-tiba ada suara ibunya memanggil namanya, lalu ia
berbisik di dalam hatinya : ‘apakah aku harus menjawabnya ataukah aku harus teruskan
shalatku ?’ lalu ia memutuskan untuk melanjutkan shalatnya. Dikarenakan panggilannya
yang tidak juga dijawab, maka ibu itu berdoa, ‘Ya Allah, janganlah engkau
matikan dia sebelum dia melihat wajah-wajah wanita sundal.’ Kemudian pada suatu
hari ketika Juraij berada di rumah ibadah, ia didatangi seorang wanita yang
menawarkan tubuhnya, namun Juraij menolak tawaran tersebut. Lalu wanita itu
pergi untuk menemui seorang penggembala, maka mereka pun melakukan hubungan
intim, hingga akhirnya wanita itu hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika
wanita itu ditanya, ‘siapakah bapak dari bayi ini ?’ Wanita itu menjawab, ‘ini
adalah anak Juraij.’ Lalu masyarakat di sana pun mendatangi tempat ibadah
Juraij dan meghancurkannya, lalu mereka menyeret Juraij dan mengecam
perbuatannya. Setelah itu Juraij mengambil wudhu dan melakukan shalat. Lalu ia
bersama masyarakat di sana mendatangi anak tersebut dan bertanya, ‘siapa
bapakmu wahai anakku ?’ Bayi itu menjawab, ‘seorang penggembala yang bernama si
fulan.’ Maka masyarakat itu pun merasa bersalah dengan tudingan mereka. Kemudian
mereka menawarkan, ‘apakah kamu mau jika tempat ibadahmu kami bangun kembali
dengan lapisan emas ?’ Juraij menjawab, ‘tidak perlu, cukup dengan batu dari
tanah liat saja.’
(sedangkan yang ketiga) Dahulu ada
seorang perempuan bani Israil yang sedang menyusui anaknya. Lalu ketika
perempuan itu melihat ada seorang laki-laki yang mengendarai hewan tunggangan
dan mengenakan pakaian yang memperlihatkan kewibawaannya. Lalu wanita itu
berdoa, ‘Ya Allah, jadikan anakku ini seperti pria itu.’ Namun tiba-tiba anak
yang digendongnya itu melepaskan payudara ibunya (seakan menolak doa tersebut).
Kemudian perempuan itu menghadap kearah laki-laki yang berwibawa itu dan
berdoa, ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti pria itu.’ Ternyata
setelah berdoa demikian, anak itu kembali meminum air susunya. (Abu Hurairah mengatakan,
“Sekilas aku melihat Nabi seperti menghisap ibu jarinya)
Kemudian perempuan itu melihat
seorang budak wanita, lalu ia berdoa, ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku
seperti perempuan itu.’ Namun tiba-tiba anak yang digendongnya itu melepaskan
payudara ibunya. Maka perempuan itu menghadap ke arah budak wanita tadi dan
berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti wanita itu (dalam kesalehannya).’ Kemudian
perempuan itu bertanya kepada anaknya, ‘mengapa kamu melakukan hal-hal itu tadi
?’ Lalu anak itu menjawab, ‘Penunggang hewan tunggangan itu adalah seorang
penguasa yang zhalim, sedang budak wanita itu difitnah telah mencuri dan
berzina, padahal ia tidak melakukannya.’”
Sumber :
Qashash Al Anbiyaa’ (Kisah Para
Nabi), penulis : Imam Ibnu Katsir, penerbit : Pustaka Al-Kautsar
Al Qur'an dan Embriologi #2
Dahulu,
para ilmuwan tidak mengetahui bahwa ketika manusia senantiasa
mengalami perkembangan ketika manusia tersebut berada di dalam perut
ibunya. Para ilmuwan baru mampu mengetahui dan memberikan ilustrasi
sebuah janin yang berada di dalam perut ibunya ketika telah memasuki
era sains modern.
Pada
abad ke-2 masehi seorang ilmuwan bernama galen memberika gambaran
tentang plasenta dan membrane fetal di dalam bukunya yang berjudul
‘On The Formation of The Fetus’. Akan tetapi, itu belum cukup
untuk bisa menggambarkan tahapan-tahapan dalam perkembangan janin
yang berada di dalam perut ibunya. Seorang ilmuwan bernama Streteer
akhirnya mampu memberikan gambaran tentang tahap perkembangan janin
pada abad ke 20. Streeter merupakan orang yang pertama kali yang
menawarkan system pentahapan perkembangan embrio yang kemudian
digantikan dengan system yang lebih akurat yang ditemukan oleh
O’Rahilly (1972).
Jauh
sebelum itu, Islam menggambarkan betapa majunya ilmu pengetahuan
dalam ajaran-ajaran Islam. Pada 1400-an
tahun yang lalu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa salam
telah mampu menjelaskan tahap-tahap perkembangan embriologi dengan
jelas dan sangat detail. Tahapan perkembangan embriologi yang
disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Salam sangat
sesuai dengan penemuan-penemuan sains pada zaman modern. Para ilmuwan
hanya mampu menjelaskan tahapan embriologi ketika telah ditemukannya
mikroskop dan USG, sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa
Salam mampu menjelaskan tanpa menggunakan itu semua, beliau
menjelaskan dengan petunjuk yang disampaikan Allah ta’ala lewat
firman-Nya dalam Al Qur’anul Karim.
Allah
Ta’ala berfirman :
“…Dia
menjadikan kamu dalam kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.”
(QS. Az Zumar : 6)
Kata
“dalam tiga kegelapan” yang dimaksudkan dalam ayat tersebut yaitu
(1) Zhulmatul Bathni atau kegelapan perut, (2) Zhulmatur Rahmi atau
kegelapan Rahim, dan (3) Zhulmatu Masyimah atau kegelapan ari-ari.
Hal ini tidak bertentangan dalam penemuan yang dikembangkan pada
zaman sains modern. Sains modern menjelaskan bahwa janin manusia
berada di dalam tiga lapisan, yaitu (1) Dinding anterior abdomen, (2)
Dinding Uterus, dan (3) Membran Amniotic (ari-ari identic dengan
membran amniotic).
Allah
Ta’ala berfirman :
“Kemudian
kami menjadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).”
(QS. Al Mu’minuun : 13)
Syaikh
as-Sa’di menjelaskan Saripati atau Nuthfah adalah sesuatu yang
keluar dari laki-laki dan dari perempuan. Kemudian ia menetap
disebuah tempat yang kokoh yaitu Rahim.
Kita
semua telah mengetahuinya, bahwa yang keluar dari laki-laki adalah
sperma sementara yang keluar dari perempuan adalah ovum.
Setelah
itu sperma dan ovum kemudian bercampur, seperti yang telah dijelaskan
dalam Al Qur’anul Karim, yaitu :
“Sungguh,
Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur…”
(QS. Al Insan : 2)
Campuran
tersebut kemudian membentuk zigot yang membelah diri menjadi
blastocyst yang tertanam secara kuat di tempat yang kokoh (uterus).
Kemudian,
Allah Ta’ala berfirman :
“Kemudian
nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqah”
(QS. Al Mu’minuun)
Kata
‘alaqah dalam bahasa arab memiliki 3 makna, yaitu lintah, sesuatu
yang tergantung, atau segumpal darah.
Makna
1. ‘alaqah bermakna lintah. Pada usia 1-24 hari, embrio manusia
yang menemopel pada endometrium tampak seperti lintah yang menempel
dikulit. Tidak hanya itu, embrio yang mendapatkan dari endometrium
deciduas juga mirip seperti seekor lintah yang mendapatkan darah dari
tempat ia menempel. Professor Keith L. Moore mencoba membandingkan
antara gambar lintah dan gambar embrio manusia pada usia 24 hari,
hasilnya beliau menemukan bahwa banyak sekali kemiripan diantara
gambar tersebut.
Gambar
Lintah (atas) dibandingkan dengan gambar embrio usia 24 hari (bawah)
Makna
2. ‘alaqah bermanka sesuatu yang tergantung. Hal ini dapat kita
lihat dari penempelan embrio manusia di uterus selama tahap ‘alaqah.
Makna
3. Segumpal darah. Selama tahap ‘alaqah ini terjadi pembentukan
darah pada pembuluh darah tertutup sampai siklus metabolism selesai
diplacenta. Inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti
gumpalan darah.
Demikianlah
penjelasan dari 3 makna yang terdapat dalam kata ‘alaqah. Dalam
penjelasan tersebut tidak ada satupun yang bertentangan dengan
pengetahuan modern.
Allah
Ta’ala berfirman :
“kemudian
‘alaqah itu Kami jadikan mudhghah.”
(QS. Al Mu’minuun : 14)
Mudhghah
dapat berarti segumpal daging atau sesuatu yang dikunyah. Embrio
manusia akan tampak seperti gumpalan daging atau sesuatu yang
dikunyah pada akhir minggu keempat. Tampilan primordial dari
vertebrae terlihat seperti sesuatu yang dikunyah.
Kemudian,
Allah Ta’ala berfirman :
“Kemudian
Kami jadikan mudhghah itu ‘idzhaman (tulang belulang), lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan lahma (otot).”
(QS. Al Mu’minuun : 14)
Ayat
ini menjelaskan bahwa setelah tahap mudhghah, tulang terbentuk
terlebih dahulu (sebagai model kartilago) kemudian otot berkembang
dan menyelimuti tulang-tulang tersebut.
Allah
Ta’ala berfirman :
“kemudian
Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain.”
(QS. Al Mu’minuun : 14)
Tulang
dan otot yang terbentuk menghasilkan makhluk dengan bentuk yang
berbeda. Hal ini bisa kita lihat pada akhir minggu kedelapan. Pada
masa ini, embrio telah memiliki bakal dari organ-organ tubuh baik
internal maupun eksternal dengan karakter yang khusus. Setelah minggu
kedelapan embrio tersebut memiliki panggilan baru, yaitu fetus. Hal
ini menjadikannya sebagai makhluk baru yang memiliki bentuk lain.
Allah
Ta’ala berfirman :
“dan
Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani”
(QS. An Nahl : 78)
Indra-indra
khusus seperti pendengaran, penglihatan dan peraba berkembang pada
fase ini secara bertahap, sesuai yang dijelaskan pada ayat tersebut.
Bakal telinga internal tampak lebih dulu, kemudian mata, dan yang
terakhir otak. Dengan otak inilah manusia dapat mengembangkan
pemahaman dan mampu membedakan antara yang baik dan buruk (hati
nurani).
Tidak
hanya sampai disitu, Allah menjelaskan kelanjutan dari apa yang
terjadi didalam Rahim yang tertuang dalam firmanNya yaitu :
“kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna.”
(QS. Al Hajj : 5)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa embrio pada dasarnya tersusun atas
jaringan yang berdiferensiasi (sempurna kejadiannya)dan jaringan yang
tidak berdiferensiasi (tidak sempurna).
Demikianlah
Allah menjelaskan tahap perkembangan embriologi, sungguh Maha Suci
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Tahapan
embriologi yang dijelaskan di dalam Al Qur’an yaitu sebagai berikut
:
- Nuthfah (setetes)
- ‘alaqah (bentuk seperti lintah atau segumpal daging, atau sesuatu yang tergantung)
- Mudhghah (seuatu bekas dikunyah atau segumpal daging)
- ‘idzhaam (tulang atau kerangka)
- Kisaa al ‘idzham bil laham (membungkus tulang dengan otot)
- An Nasy’a (pembentukan fetus yang sudah jelas)
Tahapan
embriologi yang diterangkan dalam Al Qur’an pada dasarnya
berdasarkan pada pengidentifikasian bentuk (morfologi) dan ukuran
yang lebih akurat dan mudah dipahami. Maha Suci Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.
Wallahu
a’lam Bishshawab
Sumber
:
- Al Qur’anul Karim
- Abu Salma Muhammad, 2007. Mukjizat Embriologi di Dalam Al Qur’an. On Line : 15 Maret 2012
Saturday, January 28, 2012
Laki-laki yang paling mirip dengan Rasulullah
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillah..Allahumma shalli ‘ala Muhammad Wa ‘ala aliy Muhammad.
Perhatikan pemuda gagah itu. Warna kulitnya cerah bercahaya. Ia lemah
lembut, sopan, santun, pengasih, pengasih, penyayang, baik, rendah hati dan
shalih. Ia pemberani, tak kenal takut. Ia pemurah tak takut miskin. Jiwanya
begitu bersih. Ia jujur dan bisa dipercaya.
Singkat kata, semua sifat baik dan keistimewaan ada pada laki-laki
ini. Anda tidak perlu heran, karena anda sedang berhadapan dengan orang yang paling
mirip bentuk tubuh dan akhlaknya dengan Rasulullah. Dialah Ja’far Ibn Abu
Thalib.
Ja’far ibn Abu Thalib termasuk orang-orang yang memeluk Islam
dimasa-masa awal. Ia datang kepada Rasulullah untuk memeluk Islam. Pada hari
itu, sang istri, Asma’ binti Umais juga memeluk Islam.
Ketika Rasulullah memerintahkan agar kaum muslimin hijrah ke Habasyah,
Ja’far beserta istrinya termasuk didalam rombongan kaum muslimin yang hijrah ke
Habasyah tersebut. Mereka tinggal di sana hingga Allah mengizinkan mereka untuk
pulang ke kampung halaman bertemu dengan Rasul dan para shahabat lainnya.
Pada suatu hari, Rasulullah mengutus
mengutus Abdullah ibn Umaiyyah Adh-Dhamri kepada Najasyi di habasyah
untuk menjemput kaum muslimin yang berada di habasyah pulang bertemu dengan
Rasulullah. Abdullah ibn Umaiyyah Adh-Dhamri kemudian membawa mereka pulang
dengan menggunakan dua kapal hingga tiba di tempat Rasulullah yang ketika itu
berada di khaibar. Saat itu, pasukan Muslimin baru saja meraih kemenangan di
medan khaibar. Rasulullah sangat gembira dengan kedatangan Ja’far Ibn Abu
Thalib, beliau mencium diantara kedua mata Ja’far Ibn Abu Thalib dan
mendekapnya seraya bersabda, “Aku tidak
tahu manakah yang lebih menggembirakanku, kemenangan perang khaibar atau
kembalinya Ja’far”
Telah sangat lama Ja’far tidak bersama dengan Rasulullah dan para
Shahabat. Ia begitu gembira ketika diceritakan kisah-kisah kemenangan kaum
muslimin diberbagai medan pertempuran, ketika mengetahui rekan-rekannya yang
syahid dipeperangan-peperangan yang telah lalu, air matanya pun berlinang
mengingat mereka. Sejak saat itu, ia menantikan peperangan untuk mendapatkan
kesyahidan yang didambakan.
Akhirnya kesempatan itu pun tiba, panji-panji perang Mu’tah berkibar,
Rasulullah mengirim pasukan untuk menghadapi pasukan Romawi dengan menunjuk
Zaid ibn Haritsah sebagai komandan pasukan. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika
Zaid gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah Ja’far Ibn Abu Thalib.
Jika Ja’far Ibn Abu Thalib gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah
Abdullah Ibn Rawahah.”
Di hari yang mencekam itu, dua pasukan besar tersebut pun berhadapan.
Pasukan Romawi saat itu berjumlah 200 ribu orang, sementara pasukan muslim yang
dikirim ke Mu’tah saat itu berjumlah 3000 pasukan. Pertarungan pun berlansung, peperangan
itu berjalan sengit hingga Zaid Ibn Haritsah gugur dalam medan laga. Sewaktu
bendera pasukan Muslimin hampir jatuh terlepas dari tangan Zaid, Ja’far
menyambarnya dengan cepat. Ketika peperangan mulai memuncak, Ja’far dikepung
oleh banyak musuh, ia merasa kudanya menghalangi geraknya, Ja’far pun turun
dari kudanya dan menerjang kesana kemari. Sekilas ia melihat seorang tentara
musuh melompat hendak menunggangi kudanya. Karena ia tidak ingin kudanya
dikendarai oleh musuh, ia pun menebas kudanya. Perang berlangsung sengit hingga
3 komandan pasukan yang ditunjuk oleh Rasullah wafat dan panji kaum muslimin
pun dipegang oleh Khalid Ibn Walid.
Allah, Zat yang Maha Mengetahui memberikan kabar peperangan dan nasib
Ja’far kepada Rasulullah. Rasul pun menangis. Ibnu Ishaq berkata, “ketika para
komandan pasukan islam gugur, Rasulullah Saw bersabda, ‘bendera perang dipegang
Zaid Ibn Haritsah kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid, lalu
bendera perang diambil alih oleh Ja’far Ibn Abu Thalib, kemudian ia bertempur
hingga gugur sebagai syahid.’ Rasulullah diam hingga wajah orang-orang anshar
berubah dan menyangka telah terjadi sesuatu yang tidak disukai pada Abdullah
Ibn Rawahah. Rasulullah Saw. Bersabda lagi, ‘kemudian bendera perang diambil
alih oleh Abdullah Ibn Rawahah, lalu ia bertempur hingga gugur sebagai syahid”.
Setelah itu Rasulullah pergi ke rumah saudara sepupunya tersebut, Ja’far Ibn
Abu Thalib. Beliau memangggil anak-anaknya. Beliau memeluk dan mencium mereka
sementara air matanya bercucuran tak tertahankan.
Begitulah sekelumit kisah tentang seseorang yang bentuk tubuh, akhlak
dan perilakunya mirip dengan Rasulullah, berjuang dengan sabar dan tabah untuk
Allah ia rela mempertaruhkan nyawa, tak terbesit dalam dirinya mundur meskipun
telah jelas kaum muslimin kalah jumlah yang sangat besar dibanding pasukan
Romawi.
Ibnu Hisyam berkata, “ulama yang aku percayai berkata kepadaku bahwa
Ja’far Ibn Abu Thalib memegang bendera perang dengan tangan kanannya hingga
putus, kemudian ia memegang bendera perang dengan tangan kirinya hingga putus,
kemudian ia dekap bendera perang dengan kedua lengannya hingga gugur. Ada yang
mengatakan bahwa salah satu seorang tentara Romawi menyerangnya hingga badannya
terbelah menjadi dua.”
Pedang dan tombak yang membunuh Ja’far hanya penyebrangan bagi Ja’far
untuk bertemu dengan TuhanNya yang Maha Pengasih. Ia akana berada di sisiNya,
ditempat yang mulia, si surge yang abadi, tempat yang didambakan.
Rasulullah bersabda, “aku melihatnya di surga. Dia mengenakan dua
sayap yang masih berlumuran datah dan bertaburkan bintang kehormatan.”
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah
hidup dan perjuangan Ja’far Ibn Abu Thalib, seseorang yang sangat penyantun
terhadap orang-orang miskin kata Abu Hurairah. Seseorang yang bijak dalam
berbicara, mampu memberikan penjelasan yang baik tentag Nabi Isa hingga kaum
Muslimin diperbolehkan tinggal di Habasyah dan diberikan perlindungan
sepenuhnya di negara itu, seseorang yang membacakan surat Maryam kepada Najasyi
Raja Habasyah hingga menangis mendengarnya. Seseorang yang diberikan dua sayap
di surga. Seseorang yang paling mirip bentuk tubuh dan akhlaknya dengan
Rasulullah.
Allahu a’lam Bishshawab..
Referensi :
Sirah Nabawiyah Ibnu Husyam Jilid 2
60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw.
Saat-saat berkesan bersama Rasulullah Saw.