Saturday, January 28, 2012
Laki-laki yang paling mirip dengan Rasulullah
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillah..Allahumma shalli ‘ala Muhammad Wa ‘ala aliy Muhammad.
Perhatikan pemuda gagah itu. Warna kulitnya cerah bercahaya. Ia lemah
lembut, sopan, santun, pengasih, pengasih, penyayang, baik, rendah hati dan
shalih. Ia pemberani, tak kenal takut. Ia pemurah tak takut miskin. Jiwanya
begitu bersih. Ia jujur dan bisa dipercaya.
Singkat kata, semua sifat baik dan keistimewaan ada pada laki-laki
ini. Anda tidak perlu heran, karena anda sedang berhadapan dengan orang yang paling
mirip bentuk tubuh dan akhlaknya dengan Rasulullah. Dialah Ja’far Ibn Abu
Thalib.
Ja’far ibn Abu Thalib termasuk orang-orang yang memeluk Islam
dimasa-masa awal. Ia datang kepada Rasulullah untuk memeluk Islam. Pada hari
itu, sang istri, Asma’ binti Umais juga memeluk Islam.
Ketika Rasulullah memerintahkan agar kaum muslimin hijrah ke Habasyah,
Ja’far beserta istrinya termasuk didalam rombongan kaum muslimin yang hijrah ke
Habasyah tersebut. Mereka tinggal di sana hingga Allah mengizinkan mereka untuk
pulang ke kampung halaman bertemu dengan Rasul dan para shahabat lainnya.
Pada suatu hari, Rasulullah mengutus
mengutus Abdullah ibn Umaiyyah Adh-Dhamri kepada Najasyi di habasyah
untuk menjemput kaum muslimin yang berada di habasyah pulang bertemu dengan
Rasulullah. Abdullah ibn Umaiyyah Adh-Dhamri kemudian membawa mereka pulang
dengan menggunakan dua kapal hingga tiba di tempat Rasulullah yang ketika itu
berada di khaibar. Saat itu, pasukan Muslimin baru saja meraih kemenangan di
medan khaibar. Rasulullah sangat gembira dengan kedatangan Ja’far Ibn Abu
Thalib, beliau mencium diantara kedua mata Ja’far Ibn Abu Thalib dan
mendekapnya seraya bersabda, “Aku tidak
tahu manakah yang lebih menggembirakanku, kemenangan perang khaibar atau
kembalinya Ja’far”
Telah sangat lama Ja’far tidak bersama dengan Rasulullah dan para
Shahabat. Ia begitu gembira ketika diceritakan kisah-kisah kemenangan kaum
muslimin diberbagai medan pertempuran, ketika mengetahui rekan-rekannya yang
syahid dipeperangan-peperangan yang telah lalu, air matanya pun berlinang
mengingat mereka. Sejak saat itu, ia menantikan peperangan untuk mendapatkan
kesyahidan yang didambakan.
Akhirnya kesempatan itu pun tiba, panji-panji perang Mu’tah berkibar,
Rasulullah mengirim pasukan untuk menghadapi pasukan Romawi dengan menunjuk
Zaid ibn Haritsah sebagai komandan pasukan. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika
Zaid gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah Ja’far Ibn Abu Thalib.
Jika Ja’far Ibn Abu Thalib gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah
Abdullah Ibn Rawahah.”
Di hari yang mencekam itu, dua pasukan besar tersebut pun berhadapan.
Pasukan Romawi saat itu berjumlah 200 ribu orang, sementara pasukan muslim yang
dikirim ke Mu’tah saat itu berjumlah 3000 pasukan. Pertarungan pun berlansung, peperangan
itu berjalan sengit hingga Zaid Ibn Haritsah gugur dalam medan laga. Sewaktu
bendera pasukan Muslimin hampir jatuh terlepas dari tangan Zaid, Ja’far
menyambarnya dengan cepat. Ketika peperangan mulai memuncak, Ja’far dikepung
oleh banyak musuh, ia merasa kudanya menghalangi geraknya, Ja’far pun turun
dari kudanya dan menerjang kesana kemari. Sekilas ia melihat seorang tentara
musuh melompat hendak menunggangi kudanya. Karena ia tidak ingin kudanya
dikendarai oleh musuh, ia pun menebas kudanya. Perang berlangsung sengit hingga
3 komandan pasukan yang ditunjuk oleh Rasullah wafat dan panji kaum muslimin
pun dipegang oleh Khalid Ibn Walid.
Allah, Zat yang Maha Mengetahui memberikan kabar peperangan dan nasib
Ja’far kepada Rasulullah. Rasul pun menangis. Ibnu Ishaq berkata, “ketika para
komandan pasukan islam gugur, Rasulullah Saw bersabda, ‘bendera perang dipegang
Zaid Ibn Haritsah kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid, lalu
bendera perang diambil alih oleh Ja’far Ibn Abu Thalib, kemudian ia bertempur
hingga gugur sebagai syahid.’ Rasulullah diam hingga wajah orang-orang anshar
berubah dan menyangka telah terjadi sesuatu yang tidak disukai pada Abdullah
Ibn Rawahah. Rasulullah Saw. Bersabda lagi, ‘kemudian bendera perang diambil
alih oleh Abdullah Ibn Rawahah, lalu ia bertempur hingga gugur sebagai syahid”.
Setelah itu Rasulullah pergi ke rumah saudara sepupunya tersebut, Ja’far Ibn
Abu Thalib. Beliau memangggil anak-anaknya. Beliau memeluk dan mencium mereka
sementara air matanya bercucuran tak tertahankan.
Begitulah sekelumit kisah tentang seseorang yang bentuk tubuh, akhlak
dan perilakunya mirip dengan Rasulullah, berjuang dengan sabar dan tabah untuk
Allah ia rela mempertaruhkan nyawa, tak terbesit dalam dirinya mundur meskipun
telah jelas kaum muslimin kalah jumlah yang sangat besar dibanding pasukan
Romawi.
Ibnu Hisyam berkata, “ulama yang aku percayai berkata kepadaku bahwa
Ja’far Ibn Abu Thalib memegang bendera perang dengan tangan kanannya hingga
putus, kemudian ia memegang bendera perang dengan tangan kirinya hingga putus,
kemudian ia dekap bendera perang dengan kedua lengannya hingga gugur. Ada yang
mengatakan bahwa salah satu seorang tentara Romawi menyerangnya hingga badannya
terbelah menjadi dua.”
Pedang dan tombak yang membunuh Ja’far hanya penyebrangan bagi Ja’far
untuk bertemu dengan TuhanNya yang Maha Pengasih. Ia akana berada di sisiNya,
ditempat yang mulia, si surge yang abadi, tempat yang didambakan.
Rasulullah bersabda, “aku melihatnya di surga. Dia mengenakan dua
sayap yang masih berlumuran datah dan bertaburkan bintang kehormatan.”
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah
hidup dan perjuangan Ja’far Ibn Abu Thalib, seseorang yang sangat penyantun
terhadap orang-orang miskin kata Abu Hurairah. Seseorang yang bijak dalam
berbicara, mampu memberikan penjelasan yang baik tentag Nabi Isa hingga kaum
Muslimin diperbolehkan tinggal di Habasyah dan diberikan perlindungan
sepenuhnya di negara itu, seseorang yang membacakan surat Maryam kepada Najasyi
Raja Habasyah hingga menangis mendengarnya. Seseorang yang diberikan dua sayap
di surga. Seseorang yang paling mirip bentuk tubuh dan akhlaknya dengan
Rasulullah.
Allahu a’lam Bishshawab..
Referensi :
Sirah Nabawiyah Ibnu Husyam Jilid 2
60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw.
Saat-saat berkesan bersama Rasulullah Saw.