Wednesday, November 9, 2011
Kehilangan Qudwah
Alhamdulillah..Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aliy Muhammad
………………………………………………
Saya bingung harus mulai dari mana ketika membicarakan tentang ini.
Setelah lebih kurang 3 tahun berkecimpung dalam dakwah kampus, baru kali ini
merasakan ini…merasakan tidak ada satu orangpun yang mampu dijadikan Qudwah.
Sebagai angkatan yang paling tua, saya sadar bahwa seharusnya saya lah yang
berusaha untuk mengkondisikan diri dengan baik hingga dapat dijadikan contoh bagi
yang lainnya. Hanya saja, sampai saat ini saya merasa belum cukup pantas untuk
dijadikan contoh bagi yang lainnya. Untuk itu, tulisan ini bermaksud untuk
mengingatkan teman-teman seperjuangan begitu pula diri saya.
Kondisi saat ini (bagi saya) benar-benar memperihatinkan. Kader dakwah
saat ini telah terbawa oleh arus besar kemajuan teknologi yang mempermudah
komunikasi. Seharusnya perkembangan teknologi dan alat komunikasi dapat membuat
kemajuan yang significant terhadap gerakan dakwh karena bisa mempermudah
komunikasi, tapi akhirnya…masalah komunikasi justru menjadi problem klasik yang
terus terjadi, berulang dan berulang dari tahun ke tahun..lalu, apa manfaat
dari kemajuan teknologi dan alat komunikasi terhadap kerja-kerja dakwah hingga
saat ini ??
Kader dakwah saat ini tidak mampu membatasi dirinya terhadap
aktivitas-aktivitas mubadzir yang menghabiskan waktunya sia-sia. Komunikasi
berlebihan lewat FB yang tidak bermuatan, interaksi bebas yang dapat mengurangi
keberkahan (mungkin) terus saja dilakukan. Dalihnya sangat bagus, “refreshing”
sejenak…ya..boleh lah refreshing sejenak..tapi kenapa aktivitas dakwahnya
setelah itu sama sekali tidak ada peningkatan ??? di FB, komunikasi terlihat
lancar, berinteraksi dengan sangat cair, begitu bebas..tapi, ketika di sms
untuk membahas agenda dakwah, tidak dibalas..sms syura yang meminta konfirmasi
“bisa atau tidak” saja tidak dibalas..dimana efek “refreshing” yang seharusnya
menyegarkan aktivitas kita ?? atau memang “refreshing” di FB atau apapun telah
menjadi aktivitas utama kita saat ini ?? setiap orang pasti akan berupaya untuk
senantias husnudzan terhadap saudaranya,,sayangnya saudaranya itu sendiri yang
menutup pintu-pintu yang dapat memberikan alasan kuat untuk senantiasa
berhusnudzan dan membuka dengan lebar celah-celah dzan di dalam hati yang dapat
menimbulkan suudzan.
Kita semua sangat paham, bahwa kita memiliki bagian kehidupan lain
selain dakwah yang perlu diperhatikan. Oleh sebab itu terkadang sesi
tanya-tanya kabar sering diselipkan ke dalam syura untuk mengetahui keadaan
saudara kita, apakah sedang ada masalah..atau sangat memerlukan bantuan..atau
sedang senang dan ingin dibagikan kepada teman yang lain..hal itu dilakukan
untuk memfasilitasi kita semua agar tidak merasa dikuras tenaganya untuk aktivitas
dakwah. Kita semua juga sangat paham, bahwa terkadang masalah-masalah kita
sangat tidak pantas untuk disampaikan di forum, karena merupakan hal yang
pribadi..melihat kondisi itu, dicoba untuk menggunakan sms untuk
memfasilitasi..agar kondisi kita hanya diketahui oleh orang yang benar-benar
kita percayai dan bantuan pun dapat kita terima…tapi…ternyata sekarang hal ini
tidak begitu efektif. Para aktivis lebih tertarik menyampaikan masalahnya ke FB
untuk dinikmati hal layak ramai, hingga terkadang saya melihat ada beberapa hal
yang sangat personal yang tidak perlu disampaikan ke halayak ramai justru
disampaikan..sebenarnya apa yang kita inginkan ?? comment dan like ?? ketika
ditanya di forum tidak di jawab, di sms tidak dibalas (dengan alasan menjaga
komunikasi) tapi di FB..semua dikeluarkan, bahkan tak jarang sesuatu yang
tergolong aib pun disampaikan…comment dan like pun berdatangan, komunikasi
bebas tak beralasan pun terjadi..lalu, ada dimana komitmen menjaga komunikasi
??
Kenapa kita berusaha menghindari sms “berbau” dakwah dan mengutamakan
comment2 bebas tak bermuatan (bahkan cenderung negative dampaknya) ??
Dulu..aktivis dakwah adalah orang-orang yang terlihat sangat
kokoh..teguh pendiriannya terhadap syari’at..mereka terlihat demikian karena
mereka mampu menahan diri dari mengumbar aib mereka..karena mereka mampu
berusah untuk menjaga interaksi baik lewat sms apalagi di dunia maya yang
diketahui oleh orang banyak..semua itu mereka lakukan karena mereka sadar bahwa
mereka telah terlabeli sebagai kader dakwah..mereka harus kokoh..mereka harus
berkomitmen terhadap syari’ah..kapanpun, dimanapun…
Mereka tidak pernah takut dikatakan kolot..mereka tidak pernah
bergoyang dari pendiriannya hingga mereka dikenal dengan orang-orang yang
ideologis..mereka tetap berupaya untuk memperbaiki diri agar menjadi mukmin
yang shalih/shalihah tanpa membatasi diri mereka terhadap interaksi sosial
hingga mereka tidak cenderung dikucilkan..bahkan dengan paduan kedua itu,
mereka benar-benar mampu menjadi tokoh dan panutan dimasanya tidak hanya bagi
kader dakwah..tapi bagi seluruh mahasiswa..begitulah contoh kecil dari rahmatan
lil ‘alamin…
Lalu…masihkah kita tetap ingin menjadi seperti ini ?? tertelan dengan
kemajuan teknologi dan komunikasi, termakan oleh berbagai kosa kata baru…lebay..alay..ababil..ga
gaul..ga keren..ikut-ikutan mencap perbuatan-perbuatan buruk dengan kata
“gokil”..terjerumus menggunakan kata-kata “ga gaul” terhadap saudaranya yang
menyediakan sedikit waktunya untuk berdiam di masjid menghafalkan al Qur’an…lalu..siapa
yang akan dicontoh akhirnya ??? yang baik sekarang terlihat buruk..yang buruk
terlihat baik…begitulah brand yang terbangun saat ini…sadarkah kalian ? kalian
sedang dilihat dan diperhatikan..apapun yang kalian lakukan sering kali
dijadikan pembenaran bagi yang lain untuk ikut melakukannya..so..berikanlah
contoh yang baik J
haah..rindu Rasulullah.. T,T
Wallahu a’lam
Tuesday, November 1, 2011
Mulai suka membaca
Bismillaahirrahmaanirrahiim….
Membaca
bukan merupakan hal yang mudah bagi saya. Saya sangat suka membaca,
tetapi bukan bacaan-bacaan yang berat melainkan bacaan yang ringan seperti komik. Banyak sekali
tumpukan komik di kamar yang saya koleksi sejak tahun pertama kuliah.
Hingga suatu saat, sebuah pertanyaan menohok menimpaku. Seorang
ustadz berkata dalam sebuah forum kajian yang saya hadiri, “kalian
sebagai seorang muslim, sudah sejauh mana menjadikan Rasulullah
sebagai idola ? setiap kali ditanya, siapa idola kalian ? kalian akan
menjawab, Rasulullah. Tapi, apakah kalian sudah membaca kisahnya ?
bahkan buku sirah pun tidak ada dalam rak buku di kamar kalian, saya
yakin itu !”.
Sejak
saat itu pikiranku mulai berubah, mulai coba ku lirik buku-buku sirah
di toko buku, tapi sayang sekali, bukunya tergolong buku yang
harganya cukup mahal. Akhirnya, niat untuk membeli buku sirah ku
tunda dulu sejenak, menunggu hingga memiliki cukup banya uang untuk
membeli sebuah buku sirah. Waktu terus berlalu hingga cukup lama
sejak kajian tersebut, hingga saya lupa akan niat untuk membeli
sebuah buku sirah.
…………………………………………………………………………
Saat
itu saya sudah benar-benar hampir melupakan niat untuk membeli buku
sirah, hingga ketika saya diberikan tugas untuk membaca oleh seorang
kakak kelas di fakultas. Ketika itu beliau meminta kepada saya untuk
membaca 3 buah buku, salah satu diantaranya adalah sirah nabawiyah.
Dengan sedikit uang yang ku miliki, ku putuskan untuk membeli sebuah
buku, bukan buku sirah dengan alasan harganya yang mahal.
Ku
coba untuk membaca buku yang sudah ditugaskan untuk dibaca itu, yang
ku dapatkan adalah hal-hal yang luar biasa, banyak sekali kisah-kisah
heroic nan apik yang diceritakan di dalam buku tersebut. Buku itu
banyak sekali mengutip kisah-kisah para sahabat, kisah perjalanan
hidup Rasulullah dan detik-detik heroic saat peperangan di zaman
Rasulullah. Buku itu benar-benar menggoda hati ini untuk membaca
kisahnya langsung dari sumbernya, sirah nabawiyah.
Akhirnya
dengan duit seadanya, ku putuskan untuk membeli sebuah buku sirah.
Betapa senangnya hati ini saat membelinya, tak sabar ingin cepat
pulang dan sampai di kos untuk membaca buku tersebut. Setiba di kos,
ku coba untuk mulai membaca buku sirah yang baru saja ku beli.
Dengan
penuh semangat ku buka lembaran demi lembaran dari buku sirah itu. Ku
baca dengan penuh gairah satu persatu kata yang ada. Tapi, beberapa
lembar kemudian, semangatku menurun, aku mulai mengantuk, dan harus
ku akui bahwa buku ini sangat membosankan. Bagaimana tidak ? saya
harus berhadapan dengan berbagai silsilah keluarga bangsa arab dengan
nama-nama khas arab yang mirip-mirip, itu benar-benar membosankan.
Lalu aku berpikir, dimana kisah-kisah menariknya ???
Ditengah
kebosanan saat membacanya, aku teringat kembali perkataan seorang
ustadz yang berkata tentang pentingnya membaca dan mengetahui sirah
Rasulullah, akhirnya aku berupaya untuk bisa istiqamah dalam
membacanya. Dengan kondisi sebosan apapun, ku coba untuk tetap
mengamati cerita dalam buku itu, halaman demi halaman. Hingga
akhirnya bab tentang silsilah keluarga arab pun berhasil ku lewati.
Memasuki
bab berikutnya kisahnya semakin menarik. Rasulullah dan shahabatnya
benar-benar pahlawan dunia. Kisahnya apik dan sangat menggugah. Tidak
sia-sia aku berupaya untuk istiqamah saat membaca bab-bab awal. Buku
yang tadinya ku rasa cukup membosankan ini kemudian menjadi buku yang
terus selalu ingin ku baca. Setiap kali ku hentikan membacanya untuk
melakukan aktifitas yang lain, rasa untuk membuka
lembaran-lembarannya kembali untuk melihat kelanjutan kisahnya
semakin kuat. Buku yang addictive.
buku
itulah yang membuat saya menjadi seorang yang suka membaca, buku apik
yang mengisahkan kehidupan seorang manusia yang paling sempurna
akhlaknya, buku yang sangat patut dibaca oleh setiap muslim, sirah
nabawiyah