This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, October 22, 2013

HADITS 1 : SEGALA PERBUATAN DITENTUKAN OLEH NIATNYA

Amirul Mu’minin Abu Hafs Umar Ibn Khathab ra. Berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabda, “Semua amal perbuatan tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya maka hijrahnya untuk Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju.” (Mutafaqqun ‘Alaih)

Ahammiyatul Hadits (Urgensi Hadits)
Hadits ini sangat penting, karena menjadi orientasi seluruh hokum dalam islam. Hal ini bisa dilihat dari pendapat para ulama. Abu Dawud berkata, hadits ini setengah dari ajaran Islam. Karena agama bertumpu pada dua hal : sisi lahiriyah (amal perbuatan) dan sisi batiniyah (niat). Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata, hadits ini mencakup sepertiga ilmu, karena perbuatan manusia terkait pada 3 hal : hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat berada di dalam hati yang merupakan salah satu dari tiga hal tersebut.

Mengingat urgensinya, maka banyak ulama mengawali berbagai buku dan karangannya dengan hadits ini. Imam bukhari menempatkan hadits ini di awal kitab shahihnya. Imam An Nawawi menempatkan hadits ini pada urutan pertama dalam tiga kitabnya : Riyadhus Shalihin, Al Adzkar, dan Al Arba’in An Nawawiyah. Ini dimaksudkan agar pembaca menyadari pentingnya niat,sehingga akan meluruskan niatnya hanya karena Allah, baik menuntut ilmu atau melakukan perbuatan baik yang lain.

Urgensi hadits ini diperkuat oleh riwayat bukhari yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkhutbah dengan hadits ini, begitu juga Umar ra. Abu ‘Ubaid berkata, “tidak ada hadits yang lebih luas dan padat maknanya dari hadits ini”

Sababul Wurud (Latar Belakang Hadits)
Imam At Thabrani meriwayatkan, dalam Al Mu’jam Al Kabir, dengan sanad yang dipercaya, bahwa Ibnu Mas’ud berkata, “Diantara kami ada seseorang lelaki yang melamar seorang wanita, bernama Ummu Qais. Namun, wanita itu menolak dan ia berhijrah ke Madinah. Maka lelaki tersebut ikut hijrah dan menikahinya. Karena itu kami memberinya julukan Muhajir Ummu Qais.

Sa’id Ibnu Manshur meriwayatkan dalam kitab sunannya, dengan sanad sebagaimana syarat Bukhari dan Muslim, bahwa Ibnu Mas’ud berkata, “Siapa yang hijrah untuk mendapatkan kepentingan duniawi maka pahala yang didapat sebagaimana yang didapat oleh lelaki yang hijrah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qais, hingga ia dijuluki Muhajir Ummu Qais.

Fiqhul Hadits (Kandungan Hadits)
1.      Syarat Niat
Para ulama sepakat bahwa perbuatan seorang mukmin tidak akan diterima dan tidak akan mendapatkan pahala kecuali jika tidak diiringi dengan niat. Dalam ibadah inti, seperti : Shalat, Haji, Puasa, niat merupakan rukun. Karenanya ibadah-ibadah tersebut tidak sah kecuali jika diiringi niat. Adapun dalam hal ibadah yang merupakan sarana dari ibadah inti, seperti wudhu dan mandi, ada perbendaan pendapat diantara para ulama. Madzhab Hanafi menyebutkan bahwa niat adalah penyempurna untuk mendapatkan pahala. Sedangkan Madzhab Syafi’i dan ulama lainnya menyebutkan bahwa niat merupakan syarat sahnya sebuah ibadah. Oleh karena itu, ibadah-ibadah tersebut tidak sah kecuali jika diiringi dengan niat

2.      Waktu dan Tempat Niat
Waktu niat adalah diawal ibadah. Seperti : Takbiratul Ihram untuk shalat dan Ihram untuk haji, sedangkan puasa diperbolehkan sebelumnya karena untuk mengetahui waktu subuh secara tepat cukup sulit.
Niat bertempat di hati, jadi tidak disyaratkan untuk diucapkan. Namun demikian, boleh saja diucapkan untuk membantu konsentrasi hati.
Disyaratkan menentukan secara tepat ibadah yang hendak dilakukan, jadi tidak cukup hanya dengan berniat untuk melakukan ibadah shalat ‘secara umum’, namun harus ditentukan shalat dzuhur atau ashar atau yang lainnya.

3.      Keharusan Hijrah
Hijrah dari negeri kafir ke negeri Islam adalah wajib bagi seorang muslim jika ia tidak bisa melakukan ajaran islam secara terang-terangan. Hukum ini berlaku secara umum dan tidak dibatasi oleh waktu tertentu. Sedangkan hadits yang mengatakan tidak ada hijrah setelah fathu makkah, maksudnya adalah tidak ada hijrah dari makkah setelah peristiwa fathu makkah karena makkah sudah menjadi Negeri islam.
Kata hijrah juga dipergunakan untuk hal-hal yang dilarang Allah ta’ala. Orang yang menjauhi hal-hal yang dilarang Allah, disebut dengan muhajir.

4.   Orang yang berniat melakukan kebaikan namun karena satu dan lain hal seperti sakit parah ataupun meninggal dunia, sehingga ia tidak bisa melaksanakannya maka ia tetap akan mendapatkan pahala. Al Baidhawi mengatakan, “Amal ibadah tidak akan sah kecuali jika diiringi dengan niat. Karena niat tanpa amal diberi pahala, sementara amal tanpa niat adalah sia-sia. Perumpamaan niat bagi amal adalah ruh bagi jasad. Jasad tidak akan berfungsi jika tanpa ruh, dan ruh tidak akan tampak jika terpisah dari jasad”.

5.    Hadits ini mendorong kita untuk ikhlas dalamsegala perbuatan dan ibadah agar mendapatkan pahala di akhirat serta kemudahan dan kebahagiaan di dunia.


6.   Semua perbuatan baik dan bermanfaat, jika diiringi dengan niat yang ikhlas hanya mencari keridhaan Allah, maka perbuatan tersebut adalah ibadah


Diambil dari kitab Syarah Hadits Arba'in, Al Wafi

Friday, September 7, 2012

Manusia Yang Dapat Berbicara Saat Bayi


Imam Bukhari meriwayatkan, dari Muslim Ibn Ibrahim, dari Jarir Ibn Hazim, dari Muhammad Ibn Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw, Beliau bersabda, “Mereka yang pernah berbicara dalam buaian ada tiga orang, (yang pertama) Isa Ibn Maryam.

(yang kedua) Dahulu ada seorang pria dari bani Israil yang bernama Juraij. Ketika pada suatu hari ia sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba ada suara ibunya memanggil namanya, lalu ia berbisik di dalam hatinya : ‘apakah aku harus menjawabnya ataukah aku harus teruskan shalatku ?’ lalu ia memutuskan untuk melanjutkan shalatnya. Dikarenakan panggilannya yang tidak juga dijawab, maka ibu itu berdoa, ‘Ya Allah, janganlah engkau matikan dia sebelum dia melihat wajah-wajah wanita sundal.’ Kemudian pada suatu hari ketika Juraij berada di rumah ibadah, ia didatangi seorang wanita yang menawarkan tubuhnya, namun Juraij menolak tawaran tersebut. Lalu wanita itu pergi untuk menemui seorang penggembala, maka mereka pun melakukan hubungan intim, hingga akhirnya wanita itu hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika wanita itu ditanya, ‘siapakah bapak dari bayi ini ?’ Wanita itu menjawab, ‘ini adalah anak Juraij.’ Lalu masyarakat di sana pun mendatangi tempat ibadah Juraij dan meghancurkannya, lalu mereka menyeret Juraij dan mengecam perbuatannya. Setelah itu Juraij mengambil wudhu dan melakukan shalat. Lalu ia bersama masyarakat di sana mendatangi anak tersebut dan bertanya, ‘siapa bapakmu wahai anakku ?’ Bayi itu menjawab, ‘seorang penggembala yang bernama si fulan.’ Maka masyarakat itu pun merasa bersalah dengan tudingan mereka. Kemudian mereka menawarkan, ‘apakah kamu mau jika tempat ibadahmu kami bangun kembali dengan lapisan emas ?’ Juraij menjawab, ‘tidak perlu, cukup dengan batu dari tanah liat saja.’

(sedangkan yang ketiga) Dahulu ada seorang perempuan bani Israil yang sedang menyusui anaknya. Lalu ketika perempuan itu melihat ada seorang laki-laki yang mengendarai hewan tunggangan dan mengenakan pakaian yang memperlihatkan kewibawaannya. Lalu wanita itu berdoa, ‘Ya Allah, jadikan anakku ini seperti pria itu.’ Namun tiba-tiba anak yang digendongnya itu melepaskan payudara ibunya (seakan menolak doa tersebut). Kemudian perempuan itu menghadap kearah laki-laki yang berwibawa itu dan berdoa, ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti pria itu.’ Ternyata setelah berdoa demikian, anak itu kembali meminum air susunya. (Abu Hurairah mengatakan, “Sekilas aku melihat Nabi seperti menghisap ibu jarinya)

Kemudian perempuan itu melihat seorang budak wanita, lalu ia berdoa, ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti perempuan itu.’ Namun tiba-tiba anak yang digendongnya itu melepaskan payudara ibunya. Maka perempuan itu menghadap ke arah budak wanita tadi dan berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti wanita itu (dalam kesalehannya).’ Kemudian perempuan itu bertanya kepada anaknya, ‘mengapa kamu melakukan hal-hal itu tadi ?’ Lalu anak itu menjawab, ‘Penunggang hewan tunggangan itu adalah seorang penguasa yang zhalim, sedang budak wanita itu difitnah telah mencuri dan berzina, padahal ia tidak melakukannya.’”

Sumber :
Qashash Al Anbiyaa’ (Kisah Para Nabi), penulis : Imam Ibnu Katsir, penerbit : Pustaka Al-Kautsar

Al Qur'an dan Embriologi #2


 Dahulu, para ilmuwan tidak mengetahui bahwa ketika manusia senantiasa mengalami perkembangan ketika manusia tersebut berada di dalam perut ibunya. Para ilmuwan baru mampu mengetahui dan memberikan ilustrasi sebuah janin yang berada di dalam perut ibunya ketika telah memasuki era sains modern.

Pada abad ke-2 masehi seorang ilmuwan bernama galen memberika gambaran tentang plasenta dan membrane fetal di dalam bukunya yang berjudul ‘On The Formation of The Fetus’. Akan tetapi, itu belum cukup untuk bisa menggambarkan tahapan-tahapan dalam perkembangan janin yang berada di dalam perut ibunya. Seorang ilmuwan bernama Streteer akhirnya mampu memberikan gambaran tentang tahap perkembangan janin pada abad ke 20. Streeter merupakan orang yang pertama kali yang menawarkan system pentahapan perkembangan embrio yang kemudian digantikan dengan system yang lebih akurat yang ditemukan oleh O’Rahilly (1972).

Jauh sebelum itu, Islam menggambarkan betapa majunya ilmu pengetahuan dalam ajaran-ajaran Islam. Pada 1400-an tahun yang lalu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa salam telah mampu menjelaskan tahap-tahap perkembangan embriologi dengan jelas dan sangat detail. Tahapan perkembangan embriologi yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Salam sangat sesuai dengan penemuan-penemuan sains pada zaman modern. Para ilmuwan hanya mampu menjelaskan tahapan embriologi ketika telah ditemukannya mikroskop dan USG, sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Salam mampu menjelaskan tanpa menggunakan itu semua, beliau menjelaskan dengan petunjuk yang disampaikan Allah ta’ala lewat firman-Nya dalam Al Qur’anul Karim.
Allah Ta’ala berfirman :

“…Dia menjadikan kamu dalam kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.” (QS. Az Zumar : 6)
Kata “dalam tiga kegelapan” yang dimaksudkan dalam ayat tersebut yaitu (1) Zhulmatul Bathni atau kegelapan perut, (2) Zhulmatur Rahmi atau kegelapan Rahim, dan (3) Zhulmatu Masyimah atau kegelapan ari-ari. Hal ini tidak bertentangan dalam penemuan yang dikembangkan pada zaman sains modern. Sains modern menjelaskan bahwa janin manusia berada di dalam tiga lapisan, yaitu (1) Dinding anterior abdomen, (2) Dinding Uterus, dan (3) Membran Amniotic (ari-ari identic dengan membran amniotic).

Allah Ta’ala berfirman :
Kemudian kami menjadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS. Al Mu’minuun : 13)

Syaikh as-Sa’di menjelaskan Saripati atau Nuthfah adalah sesuatu yang keluar dari laki-laki dan dari perempuan. Kemudian ia menetap disebuah tempat yang kokoh yaitu Rahim.
Kita semua telah mengetahuinya, bahwa yang keluar dari laki-laki adalah sperma sementara yang keluar dari perempuan adalah ovum.

Setelah itu sperma dan ovum kemudian bercampur, seperti yang telah dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim, yaitu :
 “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur…” (QS. Al Insan : 2)
Campuran tersebut kemudian membentuk zigot yang membelah diri menjadi blastocyst yang tertanam secara kuat di tempat yang kokoh (uterus).

Kemudian, Allah Ta’ala berfirman :
Kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqah” (QS. Al Mu’minuun)

Kata ‘alaqah dalam bahasa arab memiliki 3 makna, yaitu lintah, sesuatu yang tergantung, atau segumpal darah.
Makna 1. ‘alaqah bermakna lintah. Pada usia 1-24 hari, embrio manusia yang menemopel pada endometrium tampak seperti lintah yang menempel dikulit. Tidak hanya itu, embrio yang mendapatkan dari endometrium deciduas juga mirip seperti seekor lintah yang mendapatkan darah dari tempat ia menempel. Professor Keith L. Moore mencoba membandingkan antara gambar lintah dan gambar embrio manusia pada usia 24 hari, hasilnya beliau menemukan bahwa banyak sekali kemiripan diantara gambar tersebut.


Gambar Lintah (atas) dibandingkan dengan gambar embrio usia 24 hari (bawah)
Makna 2. ‘alaqah bermanka sesuatu yang tergantung. Hal ini dapat kita lihat dari penempelan embrio manusia di uterus selama tahap ‘alaqah.
Makna 3. Segumpal darah. Selama tahap ‘alaqah ini terjadi pembentukan darah pada pembuluh darah tertutup sampai siklus metabolism selesai diplacenta. Inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti gumpalan darah.
Demikianlah penjelasan dari 3 makna yang terdapat dalam kata ‘alaqah. Dalam penjelasan tersebut tidak ada satupun yang bertentangan dengan pengetahuan modern.

Allah Ta’ala berfirman :
kemudian ‘alaqah itu Kami jadikan mudhghah.” (QS. Al Mu’minuun : 14)
Mudhghah dapat berarti segumpal daging atau sesuatu yang dikunyah. Embrio manusia akan tampak seperti gumpalan daging atau sesuatu yang dikunyah pada akhir minggu keempat. Tampilan primordial dari vertebrae terlihat seperti sesuatu yang dikunyah.


Kemudian, Allah Ta’ala berfirman :
Kemudian Kami jadikan mudhghah itu ‘idzhaman (tulang belulang), lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan lahma (otot).” (QS. Al Mu’minuun : 14)
Ayat ini menjelaskan bahwa setelah tahap mudhghah, tulang terbentuk terlebih dahulu (sebagai model kartilago) kemudian otot berkembang dan menyelimuti tulang-tulang tersebut.

Allah Ta’ala berfirman :
kemudian Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain.” (QS. Al Mu’minuun : 14)
Tulang dan otot yang terbentuk menghasilkan makhluk dengan bentuk yang berbeda. Hal ini bisa kita lihat pada akhir minggu kedelapan. Pada masa ini, embrio telah memiliki bakal dari organ-organ tubuh baik internal maupun eksternal dengan karakter yang khusus. Setelah minggu kedelapan embrio tersebut memiliki panggilan baru, yaitu fetus. Hal ini menjadikannya sebagai makhluk baru yang memiliki bentuk lain.

Allah Ta’ala berfirman :
dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani” (QS. An Nahl : 78)
Indra-indra khusus seperti pendengaran, penglihatan dan peraba berkembang pada fase ini secara bertahap, sesuai yang dijelaskan pada ayat tersebut. Bakal telinga internal tampak lebih dulu, kemudian mata, dan yang terakhir otak. Dengan otak inilah manusia dapat mengembangkan pemahaman dan mampu membedakan antara yang baik dan buruk (hati nurani).

Tidak hanya sampai disitu, Allah menjelaskan kelanjutan dari apa yang terjadi didalam Rahim yang tertuang dalam firmanNya yaitu :
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna.” (QS. Al Hajj : 5)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa embrio pada dasarnya tersusun atas jaringan yang berdiferensiasi (sempurna kejadiannya)dan jaringan yang tidak berdiferensiasi (tidak sempurna).

Demikianlah Allah menjelaskan tahap perkembangan embriologi, sungguh Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Tahapan embriologi yang dijelaskan di dalam Al Qur’an yaitu sebagai berikut :
  1. Nuthfah (setetes)
  2. alaqah (bentuk seperti lintah atau segumpal daging, atau sesuatu yang tergantung)
  3. Mudhghah (seuatu bekas dikunyah atau segumpal daging)
  4. idzhaam (tulang atau kerangka)
  5. Kisaa al ‘idzham bil laham (membungkus tulang dengan otot)
  6. An Nasy’a (pembentukan fetus yang sudah jelas)
Tahapan embriologi yang diterangkan dalam Al Qur’an pada dasarnya berdasarkan pada pengidentifikasian bentuk (morfologi) dan ukuran yang lebih akurat dan mudah dipahami. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Wallahu a’lam Bishshawab
Sumber :
  1. Al Qur’anul Karim
  2. Abu Salma Muhammad, 2007. Mukjizat Embriologi di Dalam Al Qur’an. On Line : 15 Maret 2012

Saturday, January 28, 2012

Laki-laki yang paling mirip dengan Rasulullah


Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillah..Allahumma shalli ‘ala Muhammad Wa ‘ala aliy Muhammad.

Perhatikan pemuda gagah itu. Warna kulitnya cerah bercahaya. Ia lemah lembut, sopan, santun, pengasih, pengasih, penyayang, baik, rendah hati dan shalih. Ia pemberani, tak kenal takut. Ia pemurah tak takut miskin. Jiwanya begitu bersih. Ia jujur dan bisa dipercaya.

Singkat kata, semua sifat baik dan keistimewaan ada pada laki-laki ini. Anda tidak perlu heran, karena anda sedang berhadapan dengan orang yang paling mirip bentuk tubuh dan akhlaknya dengan Rasulullah. Dialah Ja’far Ibn Abu Thalib.

Ja’far ibn Abu Thalib termasuk orang-orang yang memeluk Islam dimasa-masa awal. Ia datang kepada Rasulullah untuk memeluk Islam. Pada hari itu, sang istri, Asma’ binti Umais juga memeluk Islam.

Ketika Rasulullah memerintahkan agar kaum muslimin hijrah ke Habasyah, Ja’far beserta istrinya termasuk didalam rombongan kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tersebut. Mereka tinggal di sana hingga Allah mengizinkan mereka untuk pulang ke kampung halaman bertemu dengan Rasul dan para shahabat lainnya.

Pada suatu hari, Rasulullah mengutus  mengutus Abdullah ibn Umaiyyah Adh-Dhamri kepada Najasyi di habasyah untuk menjemput kaum muslimin yang berada di habasyah pulang bertemu dengan Rasulullah. Abdullah ibn Umaiyyah Adh-Dhamri kemudian membawa mereka pulang dengan menggunakan dua kapal hingga tiba di tempat Rasulullah yang ketika itu berada di khaibar. Saat itu, pasukan Muslimin baru saja meraih kemenangan di medan khaibar. Rasulullah sangat gembira dengan kedatangan Ja’far Ibn Abu Thalib, beliau mencium diantara kedua mata Ja’far Ibn Abu Thalib dan mendekapnya seraya bersabda, “Aku tidak tahu manakah yang lebih menggembirakanku, kemenangan perang khaibar atau kembalinya Ja’far

Telah sangat lama Ja’far tidak bersama dengan Rasulullah dan para Shahabat. Ia begitu gembira ketika diceritakan kisah-kisah kemenangan kaum muslimin diberbagai medan pertempuran, ketika mengetahui rekan-rekannya yang syahid dipeperangan-peperangan yang telah lalu, air matanya pun berlinang mengingat mereka. Sejak saat itu, ia menantikan peperangan untuk mendapatkan kesyahidan yang didambakan.

Akhirnya kesempatan itu pun tiba, panji-panji perang Mu’tah berkibar, Rasulullah mengirim pasukan untuk menghadapi pasukan Romawi dengan menunjuk Zaid ibn Haritsah sebagai komandan pasukan. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika Zaid gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah Ja’far Ibn Abu Thalib. Jika Ja’far Ibn Abu Thalib gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah Abdullah Ibn Rawahah.”
Di hari yang mencekam itu, dua pasukan besar tersebut pun berhadapan. Pasukan Romawi saat itu berjumlah 200 ribu orang, sementara pasukan muslim yang dikirim ke Mu’tah saat itu berjumlah 3000 pasukan. Pertarungan pun berlansung, peperangan itu berjalan sengit hingga Zaid Ibn Haritsah gugur dalam medan laga. Sewaktu bendera pasukan Muslimin hampir jatuh terlepas dari tangan Zaid, Ja’far menyambarnya dengan cepat. Ketika peperangan mulai memuncak, Ja’far dikepung oleh banyak musuh, ia merasa kudanya menghalangi geraknya, Ja’far pun turun dari kudanya dan menerjang kesana kemari. Sekilas ia melihat seorang tentara musuh melompat hendak menunggangi kudanya. Karena ia tidak ingin kudanya dikendarai oleh musuh, ia pun menebas kudanya. Perang berlangsung sengit hingga 3 komandan pasukan yang ditunjuk oleh Rasullah wafat dan panji kaum muslimin pun dipegang oleh Khalid Ibn Walid.

Allah, Zat yang Maha Mengetahui memberikan kabar peperangan dan nasib Ja’far kepada Rasulullah. Rasul pun menangis. Ibnu Ishaq berkata, “ketika para komandan pasukan islam gugur, Rasulullah Saw bersabda, ‘bendera perang dipegang Zaid Ibn Haritsah kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid, lalu bendera perang diambil alih oleh Ja’far Ibn Abu Thalib, kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid.’ Rasulullah diam hingga wajah orang-orang anshar berubah dan menyangka telah terjadi sesuatu yang tidak disukai pada Abdullah Ibn Rawahah. Rasulullah Saw. Bersabda lagi, ‘kemudian bendera perang diambil alih oleh Abdullah Ibn Rawahah, lalu ia bertempur hingga gugur sebagai syahid”. Setelah itu Rasulullah pergi ke rumah saudara sepupunya tersebut, Ja’far Ibn Abu Thalib. Beliau memangggil anak-anaknya. Beliau memeluk dan mencium mereka sementara air matanya bercucuran tak tertahankan.

Begitulah sekelumit kisah tentang seseorang yang bentuk tubuh, akhlak dan perilakunya mirip dengan Rasulullah, berjuang dengan sabar dan tabah untuk Allah ia rela mempertaruhkan nyawa, tak terbesit dalam dirinya mundur meskipun telah jelas kaum muslimin kalah jumlah yang sangat besar dibanding pasukan Romawi.

Ibnu Hisyam berkata, “ulama yang aku percayai berkata kepadaku bahwa Ja’far Ibn Abu Thalib memegang bendera perang dengan tangan kanannya hingga putus, kemudian ia memegang bendera perang dengan tangan kirinya hingga putus, kemudian ia dekap bendera perang dengan kedua lengannya hingga gugur. Ada yang mengatakan bahwa salah satu seorang tentara Romawi menyerangnya hingga badannya terbelah menjadi dua.”

Pedang dan tombak yang membunuh Ja’far hanya penyebrangan bagi Ja’far untuk bertemu dengan TuhanNya yang Maha Pengasih. Ia akana berada di sisiNya, ditempat yang mulia, si surge yang abadi, tempat yang didambakan.
Rasulullah bersabda, “aku melihatnya di surga. Dia mengenakan dua sayap yang masih berlumuran datah dan bertaburkan bintang kehormatan.”

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah hidup dan perjuangan Ja’far Ibn Abu Thalib, seseorang yang sangat penyantun terhadap orang-orang miskin kata Abu Hurairah. Seseorang yang bijak dalam berbicara, mampu memberikan penjelasan yang baik tentag Nabi Isa hingga kaum Muslimin diperbolehkan tinggal di Habasyah dan diberikan perlindungan sepenuhnya di negara itu, seseorang yang membacakan surat Maryam kepada Najasyi Raja Habasyah hingga menangis mendengarnya. Seseorang yang diberikan dua sayap di surga. Seseorang yang paling mirip bentuk tubuh dan akhlaknya dengan Rasulullah.

Allahu a’lam Bishshawab..

Referensi :
Sirah Nabawiyah Ibnu Husyam Jilid 2
60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw.
Saat-saat berkesan bersama Rasulullah Saw.

Saturday, December 24, 2011

Takbir Menyejarah


Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillah, Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aliy Muhammad..
Mungkin beginilah perasaan Rasulullah dan para shahabat saat kalah dalam perang uhud. Di saat kemenganan sudah berada di depan mata, ketidaktaatan terhadap perintah Rasul menjadikan kemengangan itu sirna dalam sekejap, bahkan Rasulpun terdesak hingga hampir saja terbunuh jika tidak dilindungi oleh thalhah bin ubaidillah. Penyebab utama kekalahan itu salah satunya karena orang-orang munafik yang menggerogoti tubuh umat muslim. Ya..mungkin seperti inilah rasanya..

Malam itu, sekitar pukul 3 malam, saat perhitungan hampir selesai dan keunggulan lawan sudah tidak mampu dikejar lagi, ikhwan-ikhwan yang sudah mulai lelah dikumpulkan dan dibariskan di gelanggang mahasiswa. Kami semua berbaris, berbaris dibawah langit yang cukup cerah malam itu dan suasana yang agak dingin. Setelah itu sedikit taujih diberikan untuk mnyemangati ikhwan malam itu, tapi tetap saja sulit, mata kami terus berkaca kaca, tak mampu menahan air mata. “tidak perlu bersedih hati, ini semua adalah ketetapan Allah..kita semua telah menyepurnakan ikhtiar dan doa, tapi apalah daya, Allah telah menetapkan ini semua jauh sebelum alam semesta ini diciptakan, dan inilah hasilnya. Dengan ini, kita semua harus tetap berdakwah, dimanapun, kapanpun, meskipun tanpa lembaga karena tanpa lembaga pun kita semua dapat tetap berdakwah”, seperti itulah kira-kira isi dari taujih malam itu, kemudian dilanjutkan dengan doa rabithah, saat itu, kami semua tak mampu lagi menahan tangis, isak tangis terdengar jelas dari samping kiri dan kanan ku saat itu,.ya..mungkin seperti inilah perasaan Rasulullah dan para shahabat saat kalah dalam perang uhud (tapi yang pasti, pukulan yang dirasakan umat muslim dalam kekalahan uhud mesti lebih menyakitkan dari pada kekalahan yang kami alami).

Setelah doa dipanjatkan, pemimpin barisan mengatakan, “setahun yang lalu, dua tahun yang lalu, kita semua keluar dari gelanggang ini dengan takbir –karena saat itu kami menang-, saat ini, apakah kalian semua berani jika kita bertakbir ?!”..sambil berbisik saya dan beberapa orang dibarisan berkata “berani !”. maka, ditengah sunyi dan senyapnya malam itu, di waktu-waktu terakhir perhitungan, beliau berkata, “takbir !” dan disambut dengan takbir –mungkin ini takbir yang paling kencang yang pernah saya pekikkan- “ALLAHU AKBAR”..”takbir !” ..ALLAHU AKBAR..”takbir !” ALLAHU AKBAR !!

Takbir yang menyejarah menggelegar digelanggang mahasiswa malam itu..era baru dunia dakwah kampus UGM pun dimulai..

Banyak hikmah yang bisa diambil, ini menandakan bahwa kita harus terus berbenah..yang jelas dengan tegas saya katakan, “SAMPAI KAPAN PUN, DIMANA PUN, DENGAN ATAU TANPA LEMBAGA, KAMI SEMUA AKAN TERUS BERDAKWAH, HINGGA TERWUJUDNYA ISLAM SEBAGAI RAHMATAN LIL ‘ALAMIN !! “

Suatu saat akan terbukti, siapakah yang paling professional, siapakah yang kontributif, dan siapakah yang paling baik amalnya dihadapan Allah..mari kita buktikan kawan, siapakah yang paling baik amalnya,.
Kami semua akan terus beramal, terus berkontribusi untuk Indonesia dan untuk Agama Allah.,yang jelas dengan tegas saya katakan, “SAMPAI KAPAN PUN, DIMANA PUN, DENGAN ATAU TANPA LEMBAGA, KAMI AKAN TERUS BERKONTRIBUSI DEMI BANGSA DAN TANAH AIR INDONESIA, DEMI AGAMA ALLAH YANG MULIA”

Tetap berjuang kawan..perkuat keimanan, pererat ikatan ukhuwwah..tetap istiqamah hingga berjumpa dengan Rabb yang agung Allah ta'ala..mari kita sambut dengan senyuman dan semangat membara, "era baru dakwah kampus UGM"