Wednesday, May 18, 2011

Stroke

Stroke atau juga dikenal dengan cedera serebrovaskular (CVS) merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Indivodu yang terutama beresiko mengalami CVS adalah lansia dengan hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, atau penyakit jantung. Pada CVS, hipoksia serebral yang menyebabkan cedera dan kematian sel neuron.
Penyebab stroke
Stroke biasanya disebabkan karena salah satu dari 4 kejadian berikut :
1.       Thrombosis.
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyeban utama thrombosis serebral dan merupakan penyebab yang paling umum terjadi. Tanda-tanda thrombosis serebral ini bervariasi. Sakit kepala merupakan awitan yang tidak umum terjadi. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral atai embolisme serebral. Secara umum thrombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parastesia pada setengah tubuh dapat menjadi awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Thrombosis ini tidak hanya terjadi pada pembuluh darah otak tetapi dapat juga terjadi di pembuluh darah leher.
2.       Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain)
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah, atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.
3.       Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4.       Hemoragi serebral
Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (ekstradural atau epidural), dibawah durameter (subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarakhnoid), atau dalam substansia otak (hemoragi intraserebral).
Hemoragi intraserebral merupakan yang paling umu terjadi pada pasien dengan hioertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degenerative menyebabkan terjadinya rupture pembuluh darah. Stroke sering terjasi pada kelompok usia 40-70 tahun.

Factor resiko stroke
1.       Hipertensi, factor resiko utama. Pengendalian stroke merupakan kunci untuk mencegah stroke
2.       Penyakit kardiovaskular. Embolisme serebral berasal dari jantung. Penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertofi ventrikel kiri, abnormalitas irama, penyakit jantung kongestif.
3.       Kolesterol tinggi
4.       Obesitas
5.       Peningkatan hematocrit mengingkatkan resiko infark serebral
6.       Diabetes, dikaitkan dengan aterogenesis terakselerasi
7.       Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar esterogen tinggi)
8.       Merokok
9.       Penyalahgunaan obat
10.   Konsumsi alcohol

Manifestasi klinis

Deficit neurologis
Manifestasi
1.
Deficit lapang penglihatan
Homonimus hemianopsia
-          Tidak menyadari orang atau objek tempat kehilangan penglihatan
-          Mengabaikan salah satu sisi tubuh
-          Kesulitan menilai jarak
Kehilangan penglihatan perifer
-          Kesulitan melihat pada malam hari
-          Tidak menyadari objek atau batas objek
-          Penglihatan ganda
diplopia
Penglihatan ganda




2.
Deficit motorik
hemiparises
Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
hemiplegia
Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
Ataksia
-          Berjalan tidak tegak
-          Tidak mampu menyatukan kaki, perlu pijakan yang luas untuk berdiri
disartria
Kesulitan dalam membentuk kata
disfagia
Kesulitan dalam menelan




3.
Deficit sensori
Parestesia
-          Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
-          Kesulitan dalam propriosepsi




4.
Deficit verbal
Afasia ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami ; mungkin mampu berbicara dalam respon kata tunggal
Afasia represtif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan
Afasia global
Kombinasi dari afasia reseptif dan afasia ekspresif




5.
Deficit kognitif

-          Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
-          Penurunan lapang panjang perhatian
-          Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
-          Perubahan penilaian




6.
Deficit emosional

-          Kehilangan control diri
-          Labilitas emosional
-          Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
-          Depresi
-          Menarik diri
-          Rasa takut, bermusuhan dan marah
-          Perasaan isolasi

Selain deficit neurologis yang sudah dijelaskan diatas, pasien stroke juga mengalami disfungsi kandung kemih. Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan, karena kerusakan control motoric dan postural.
Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam pengisian kandung kemih. Kadang-kadang control spinkter urinarius eksternal hilang atau berkurang.

Perbandingan stroke hemisfer kiri dan kanan
Hemisfer kiri
Hemisfer kanan
-          Paralisis pada tubuh kanan
-          Defek lapang pandang kanan
-          Afasia
-          Perubahan kemampuan intelektual
-          Perilaku lambat dan kewaspadaan
-          Paralisis pada sebelah kiri tubuh
-          Defek lapang penglihatan kiri
-          Deficit persepsi
-          Peningkatan distrakbilitas
-          Perilaku impulsive dan penilaian buruk
-          Kurang kesadaran
Komplikasi
1.       Individu yang mengalami CVS mayor pada bagian yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat menyebabkan kematian. Destruksi area ekspresif atau represif pada otak akibat hipoksia dapat menyebabkan kesulitan komunikasi. Hipoksia pada area motoric otak dapat paresis. Perubahan emosional dapat terjadi pada kerusakan korteks yang mencakup system limbic
2.       Hematoma intraserebral dapat disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau strok hemoragik yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika tekanan intracranial meningkat.

Penatalaksanaan
1.       Pada pasien yang CVSnya dapat diidentifikasi bersifak iskemik, agen trombolitik, seperti aktivatorplasminogen jaringan (tissueplasminogen activator, TPA) dapat diberikan. TPA harus diberikan sedini mungkin (minimal 3 jam pertama serangan) agar lebih efektif dalam mencegah kerusakan jangka panjang. Akantetapi berbahayajika mengatasi stroke hemoragik dengan trombolitik karena agen ini dapat meningkatkan perdarahan dan memperburuk hasil
2.       Stroke hemoragik dapat diatasi dengan penekanan pada perhentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan. Mungkin diperlukan pembedahan
3.       Terapi obat yang menghambat saluran ion yang mendeteksi asam dikembangkan untuk membatasi kerusakan akibat stroke
4.       Semua pasien stroke  diterap dengan tirah baring dan penurnan stimulus eksernal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebral. Tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intracranial dapat dilakukan
5.       Terapi fisik, bicara, dan okupasional sering perlu dilakukan.

Referensi :
Keperawatan Medikal Bedah jilid 3
Buku saku patofiologi

0 comments:

Post a Comment