Alhamdulillah..Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aliy Muhammad
………………………………………………
Saya bingung harus mulai dari mana ketika membicarakan tentang ini.
Setelah lebih kurang 3 tahun berkecimpung dalam dakwah kampus, baru kali ini
merasakan ini…merasakan tidak ada satu orangpun yang mampu dijadikan Qudwah.
Sebagai angkatan yang paling tua, saya sadar bahwa seharusnya saya lah yang
berusaha untuk mengkondisikan diri dengan baik hingga dapat dijadikan contoh bagi
yang lainnya. Hanya saja, sampai saat ini saya merasa belum cukup pantas untuk
dijadikan contoh bagi yang lainnya. Untuk itu, tulisan ini bermaksud untuk
mengingatkan teman-teman seperjuangan begitu pula diri saya.
Kondisi saat ini (bagi saya) benar-benar memperihatinkan. Kader dakwah
saat ini telah terbawa oleh arus besar kemajuan teknologi yang mempermudah
komunikasi. Seharusnya perkembangan teknologi dan alat komunikasi dapat membuat
kemajuan yang significant terhadap gerakan dakwh karena bisa mempermudah
komunikasi, tapi akhirnya…masalah komunikasi justru menjadi problem klasik yang
terus terjadi, berulang dan berulang dari tahun ke tahun..lalu, apa manfaat
dari kemajuan teknologi dan alat komunikasi terhadap kerja-kerja dakwah hingga
saat ini ??
Kader dakwah saat ini tidak mampu membatasi dirinya terhadap
aktivitas-aktivitas mubadzir yang menghabiskan waktunya sia-sia. Komunikasi
berlebihan lewat FB yang tidak bermuatan, interaksi bebas yang dapat mengurangi
keberkahan (mungkin) terus saja dilakukan. Dalihnya sangat bagus, “refreshing”
sejenak…ya..boleh lah refreshing sejenak..tapi kenapa aktivitas dakwahnya
setelah itu sama sekali tidak ada peningkatan ??? di FB, komunikasi terlihat
lancar, berinteraksi dengan sangat cair, begitu bebas..tapi, ketika di sms
untuk membahas agenda dakwah, tidak dibalas..sms syura yang meminta konfirmasi
“bisa atau tidak” saja tidak dibalas..dimana efek “refreshing” yang seharusnya
menyegarkan aktivitas kita ?? atau memang “refreshing” di FB atau apapun telah
menjadi aktivitas utama kita saat ini ?? setiap orang pasti akan berupaya untuk
senantias husnudzan terhadap saudaranya,,sayangnya saudaranya itu sendiri yang
menutup pintu-pintu yang dapat memberikan alasan kuat untuk senantiasa
berhusnudzan dan membuka dengan lebar celah-celah dzan di dalam hati yang dapat
menimbulkan suudzan.
Kita semua sangat paham, bahwa kita memiliki bagian kehidupan lain
selain dakwah yang perlu diperhatikan. Oleh sebab itu terkadang sesi
tanya-tanya kabar sering diselipkan ke dalam syura untuk mengetahui keadaan
saudara kita, apakah sedang ada masalah..atau sangat memerlukan bantuan..atau
sedang senang dan ingin dibagikan kepada teman yang lain..hal itu dilakukan
untuk memfasilitasi kita semua agar tidak merasa dikuras tenaganya untuk aktivitas
dakwah. Kita semua juga sangat paham, bahwa terkadang masalah-masalah kita
sangat tidak pantas untuk disampaikan di forum, karena merupakan hal yang
pribadi..melihat kondisi itu, dicoba untuk menggunakan sms untuk
memfasilitasi..agar kondisi kita hanya diketahui oleh orang yang benar-benar
kita percayai dan bantuan pun dapat kita terima…tapi…ternyata sekarang hal ini
tidak begitu efektif. Para aktivis lebih tertarik menyampaikan masalahnya ke FB
untuk dinikmati hal layak ramai, hingga terkadang saya melihat ada beberapa hal
yang sangat personal yang tidak perlu disampaikan ke halayak ramai justru
disampaikan..sebenarnya apa yang kita inginkan ?? comment dan like ?? ketika
ditanya di forum tidak di jawab, di sms tidak dibalas (dengan alasan menjaga
komunikasi) tapi di FB..semua dikeluarkan, bahkan tak jarang sesuatu yang
tergolong aib pun disampaikan…comment dan like pun berdatangan, komunikasi
bebas tak beralasan pun terjadi..lalu, ada dimana komitmen menjaga komunikasi
??
Kenapa kita berusaha menghindari sms “berbau” dakwah dan mengutamakan
comment2 bebas tak bermuatan (bahkan cenderung negative dampaknya) ??
Dulu..aktivis dakwah adalah orang-orang yang terlihat sangat
kokoh..teguh pendiriannya terhadap syari’at..mereka terlihat demikian karena
mereka mampu menahan diri dari mengumbar aib mereka..karena mereka mampu
berusah untuk menjaga interaksi baik lewat sms apalagi di dunia maya yang
diketahui oleh orang banyak..semua itu mereka lakukan karena mereka sadar bahwa
mereka telah terlabeli sebagai kader dakwah..mereka harus kokoh..mereka harus
berkomitmen terhadap syari’ah..kapanpun, dimanapun…
Mereka tidak pernah takut dikatakan kolot..mereka tidak pernah
bergoyang dari pendiriannya hingga mereka dikenal dengan orang-orang yang
ideologis..mereka tetap berupaya untuk memperbaiki diri agar menjadi mukmin
yang shalih/shalihah tanpa membatasi diri mereka terhadap interaksi sosial
hingga mereka tidak cenderung dikucilkan..bahkan dengan paduan kedua itu,
mereka benar-benar mampu menjadi tokoh dan panutan dimasanya tidak hanya bagi
kader dakwah..tapi bagi seluruh mahasiswa..begitulah contoh kecil dari rahmatan
lil ‘alamin…
Lalu…masihkah kita tetap ingin menjadi seperti ini ?? tertelan dengan
kemajuan teknologi dan komunikasi, termakan oleh berbagai kosa kata baru…lebay..alay..ababil..ga
gaul..ga keren..ikut-ikutan mencap perbuatan-perbuatan buruk dengan kata
“gokil”..terjerumus menggunakan kata-kata “ga gaul” terhadap saudaranya yang
menyediakan sedikit waktunya untuk berdiam di masjid menghafalkan al Qur’an…lalu..siapa
yang akan dicontoh akhirnya ??? yang baik sekarang terlihat buruk..yang buruk
terlihat baik…begitulah brand yang terbangun saat ini…sadarkah kalian ? kalian
sedang dilihat dan diperhatikan..apapun yang kalian lakukan sering kali
dijadikan pembenaran bagi yang lain untuk ikut melakukannya..so..berikanlah
contoh yang baik J
haah..rindu Rasulullah.. T,T
Wallahu a’lam







0 comments:
Post a Comment